Selasa, Mei 26, 2009

Good Day

Hari yang baik. Itulah arti dari good day. Tapi kali ini, sy tidak ingin bercerita ttg hari yang baik. Good day yang saya maksud adalah sejenis kopi instan yang beraneka macam rasanya (udah tau khan? Klo belum, silakan ke toko-toko, bilang sm penjaga tokonya, “Ada good day?”, trus liat deh yg sy maksud).

Di rumah kami ini, good day itu biasanya dikonsumsi oleh abanya Hanif, karena memang minuman ini untuk orang dewasa aja, dalam artian klo masih anak-anak, jgn minum dulu deh… Nah, yang anehnya, si anak yg jg cukup aneh klo liat abanya minum Good Day, mau juga. Tapi, yang lebih aneh lg, saat si anak yang bernama Hanif ini meminta untuk dibuatkan minuman tersebut. Bukan Good Day yang terucap dari mulutnya, tapi “Bayi Gede’”. Nah lho…. nyambung dimana coba? Good Day, Bayi Gede. Kedengarannya agak mirip dikit sih, tapi biar bagaimanapun “good day” dan “bayi gede” tetap beda dari segi arti. Karena keseringannya si Hanif meminta untuk dibuatkan “Bayi Gede”, sampai-sampai org2 di rumah gak bilang Good Day lg, tp bayi gede.

Nah, suatu ketika, ummi ke pasar ingin membeli sesuatu termasuk good day. Sesampainya di sana, ia pun mengutarakan maksudnya. Tapi lucunya, ummi bilang gini:

“Ada Bayi Gede’?”

Suaranya gak terlalu besar, tp mungkin sj terdengar oleh si penjual. Seketika penjualnya mengatakan “Apa?”.
Entah kaget karena pertanyaannya atau karena tidak mendengar suara ummi. Beberapa saat ummi terlupa dgn nama asli dari “Bayi Gede’” itu. Ketika teringat, dengan tertawa, ummi pun mengatakan “Oh iya, Good Day”.

Sesampainya di rumah, sambil tertawa, ummi pun menceritakannya kepada kami (anak-anaknya) tentang kejadian itu. Kami ikut tertawa, dan tertawalah semua penghuni rumah.
“Makanya mi… jgn latah. Hehehe….”

Lucu ya?! Tp di balik kelucuan itu ternyata ada pelajaran jg lho… Pelajaran itu adalah…. Jangan Latah!

Nah, inilah yang terjadi sekarang pada sebagian besar kita (kaum muslimin). Begitu gampangnya pikiran kita diracuni oleh istilah-istilah yang tidak syar’i, dan ketika ditanyakan apa arti dari istilah tersebut dan darimana asalnya, ia gak tahu. Katanya cuma ikut-ikutan sj (Kalo’ gak baik, kok diikuti ya?)

Sampai-sampai, saat ini pun sebagian besar umat Islam kehilangan jati dirinya. Kalo’ diliat penampilan fisiknya, gak tau Islam atau bukan. Tp klo diliat kartu identitasnya, ternyata beragama Islam. Hmm….. tp jgn salahkan siapa-siapa. Karena mungkin sj ia memang belum tersentuh dakwah dari tangan-tangan kita. Tapi, dia jg salah, knp gak mau belajar Islam? Padahal begitu banyak majelis-majelis ilmu yang bertebaran di bumi ini.

Tp ‘ala kulli hal, buat yg sudah merasa mendapat hidayah, jangan latah deh!
Ok?!


Jumat, Mei 01, 2009

Hanif dan Strategi-strateginya

Tak terasa, kini Hanif tlah berusia 4 tahun 4 bulan. Sudah pintar bicara, pintar mengganggu, pintar marah, sensitif, dst....
Tp, yang lucunya, klo dia marah, ternyata ber"strategi" jg....
Bukan sekedar marah, tapi ada misi dibalik kemarahannya..
Cara marahnya pun tak luput dari strategi2.

Kemarin, ketika aba ke kantor, ia marah+menangis sambil berlari [klo diliat, sepertinya ia lari mengejar aba]....
Trus, sdh itu, tidur di jalanan, dpn rmhnya org, dan kebetulan, rumah itu tempat jual2an snack2 [makanan kesukaan anak kecil].....

Singkat cerita, ketika sdh berhenti menangis, Hanif ditanya sm kk spupuku
"Hanif, knp nangis? trus, kenapa lari sampai di dpn rmhnya org?"

Kami menyangka, ia nangis krn tak diikutkan o/ aba, tapi ternyata.....

"Krn mauka' beli itu..... (snack + permen dan sejenisnya)"

Ketika ditanya "Knp tidur di jalanan? Nanti ditabrakQ..."
Ia menjawab, "Biarmi, kan di bagian kanan-ja' tidur, baru mobilnya aba jalannya di bagian kiri, trus, di pinggir2ja' jg, jadi tidak natabrakja' itu....."

Jawabannya membuat kami tersenyum2, kok bisa ya anak sekecil Hanif berpikiran seperti itu....

Hehehe.... Hanif.... Hanif.....

Smg ke depannya engkau semakin bertambah cerdas dalam berfikir, dan ide2 serta strategi2mu bermanfaat buat dakwah, amiiiin......