Minggu, Januari 11, 2009

Dan Anak-Anak Palestina pun Terkapar



Anak-anak kecil dan bayi adalah hal yang membuat dunia menjadi begitu bersih dan udara menjadi sejuk untuk dihirup. Mereka memberi arti pada sosok ibu di rumah dan membuat langkah ayah menjadi tegap menuju tempat kerja. Tangisan, tawa, teriakan, dan celotehan mereka adalah anugerah yang tak ada bandingannya.

Dalam waktu sebelas hari, Israel dengan telengas sudah mengubah fitrah anak-anak Palestina di Jalur Gaza. Anak-anak dan bayi kehilangan makna, dan dilanda ketakutan amat sangat—itu karena, satu persatu, dalam jangka waktu yang demikian cepat, mereka kehilangan ayah dan ibunya. Lebih memilukan lagi, mereka pun kehilangan nafasnya yang terakhir.

Dalam sejarah peperangan, Islam tak pernah menorehkan catatan jika ada orang tua, perempuan dan anak-anak tersakiti setiap kali tentara Islam maju ke pertempuran. Israel tak mengenal itu. Anak-anak Palestina tetap menjadi sasaran rudal dan peluru mereka…



Ia yang pergi adalah tabungan kelak di akhirat. Tapi Yahudi Israel adalah penjahat kakap di dunia yang tak punya hati dan rasa.

Sebelum kafan menutupimu, wajahmu adalah semangat bagi kami.

Luka di pelipisnya dan hidungnya yang robek akan hilang sakitnya. Tapi ingatan terhadap biadabnya Yahudi akan terus ada sepanjang masa.

Dalam usianya yang masih sangat belia, ia telah menyaksikan begitu banyak darah, luka, kematian dan kehilangan.



Bocah ini kehilangan sebelah muka dan satu telinganya.

Ia sendirian di antara gedung yang akan roboh, sementara dentuman bom menakutkannya. Tak ada ayah atau ibu…

Dengan apa kami ceritakan semua yang kini terjadi pada bumi Palestina? Satu yang pasti, ini semua karena Yahudi durjana.

Para bocah Gaza yang selamat mengiringi prosesi kematian seorang adik kecil temannya.



Di tengah dentuman bom, di antara mesiu dan roket, kami tetap tersenyum untuk tetap terus mengibarkan Palestina dan membela Islam. Kami tak akan pernah menyerah!

(wahdah-jakarta.com)

Sabtu, Januari 10, 2009

Mengambil Hikmah dari Tingkah Hanif

Tidak ada sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tanpa ada hikmahnya. Hikmah itu bisa berupa teguran, peringatan maupun motivasi buat diri qt. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, kejadian-kejadian yang kita lihat maupun alami sendiri, itu semua adalah pelajaran yang sengaja Allah takdirkan untuk kita. Terkadang, peristiwa itu mungkin terlihat begitu sepele, namun, ketika qt memikirkan lebih mendalam, subhanallah, ada banyak hikmah yang tersembunyi, ada banyak pelajaran yang tersimpan dari sesuatu yang kita lihat.

Seperti yang terjadi pada suatu malam, saya (kakaknya Hanif) mengamati tingkah seorang anak kecil berusia 3 tahun sedang minum air putih karena kehausan. Setelah minum, ia bermaksud tuk melanjutkan kembali aktivitasnya. Namun, baru saja ia meletakkan gelasnya dan berjalan beberapa langkah, ia mengatakan sesuatu kemudian mengambil kembali gelas yang tadi disimpannya. Ia masih ingin minum.

“Barangkali masih haus” begitu pikirku.

Ya, kupikir ia masih haus, karena sebagian besar di antara kita, jika telah minum kemudian minum lagi, itu kita lakukan salah satunya karena masih haus. Namun, tidak demikian yang terjadi pada anak kecil ini. Ternyata… saya salah sangka. Dia mengulangi aktivitas minumnya karena ketika minum tadi ia lupa membaca basmalah sebelumnya (ini kuketahui dari perkataannya ketika mengambil kembali gelasnya).

Karena lupa membaca basmalah.
Mmm, suatu alasan yang cukup unik dan membuatku kagum melihat tingkahnya. Bagaimana tidak, baru kali ini saya melihat seorang anak yang mengulangi minumnya karena lupa baca doa.

Lalu... ia pun minum.
Dan kali ini ia tak lupa membaca basmalah dengan suara yang agak dibesarkan dan terdengar olehku. Kebiasaannya memang mengucapkan basmalah dengan suara yang agak besar, bahkan, ketika ia melihat seseorang yang langsung makan atau minum –walaupun basmalahnya dibaca dalam hati-, maka ia menganggap orang tersebut tidak ber“basmalah”.

Di kali ke-2 ini, ia masih melakukan 1 pelanggaran adab dalam minum, yaitu duduk. Ya, ia lupa duduk ketika minum. Saya menegurnya. Ia pun kembali mengulangi minumnya walaupun ia sudah tidak haus lagi. Namun ia rela mengulangi minumnya sampai cara dan adab yang ia lakukan sudah benar; baca basmalah, duduk dan minum dengan tangan kanan.

Subhanallah… saya takjub sendiri dengan ulahnya. Sekilas, memang tampak sederhana. Tapi, setelah kupikir-pikir, ternyata, dari peristiwa itu, masya Allah, terdapat pelajaran yang bisa diambil dan menjadi motivasi tersendiri buatku.
Diantaranya :

1) tidak ada kata “terlanjur” dalam melakukan suatu kesalahan.

2) Jika qt melakukan kesalahan, segeralah memperbaikinya. Jangan tunggu sampai kesalahan tersebut menjadi kebiasaan qt. Setidaknya, ketika qt melakukan suatu kesalahan/dosa, qt menebusnya dengan memperbanyak ibadah-ibadah. Manusia memang sumber kesalahan, namun sebaik-baik manusia yang berbuat kesalahan adalah yang segera bertaubat.

3) Jangan menyepelekan hal-hal yang kecil karena hal-hal yang besar itu awalnya dari hal yang kecil.

4) Berusahalah semampu qt untuk meneggakkan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.


Begitulah, dibalik peristiwa yang kecil dan sepele terkadang tersimpan segudang ilmu, jika qt mau berpikir. Allah memang punya cara tersendiri dalam menegur dan mengajar qt. Bisa jadi, Allah menegur kita secara langsung dengan mengalaminya sendiri, bisa pula lewat orang lain bahkan anak kecil sekalipun. Intinya, tidak ada segala sesuatu yang Allah takdirkan dan ciptakan tanpa manfaat, semuanya memiliki hikmah dan pelajaran yang banyak buat kita . Wallahu A’lam.